Rupiah
Kembali Menguat
Editor:
Erlangga Djumena
Rabu, 30
Maret 2011 | 11:09 WIB
JAKARTA,
KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta,
Rabu (30/3/2011) pagi menguat tujuh poin
menjadi Rp 8.713 dibanding posisi sebelumnya Rp 8.720.
Pengamat
pasar uang, David Sumual di Jakarta, mengatakan, Rabu, menguatnya mayoritas
nilai tukar mata uang Asia terhadap dollar AS memberi sentimen positif pada
nilai tukar rupiah. ”Minimnya data AS yang positif memicu mata uang Asia
termasuk rupiah bergerak menguat kendati masih dalam kisaran yang terbatas,”
katanya.
Bank
Indonesia masih menjaga mata uang rupiah di level Rp 8.700 salah satunya untuk
menjaga inflasi ke level bawah. Dengan demikian, hal itu dapat membuat harga
barang-barang impor akan turun. ”Barang impor kebanyakan bahan pokok, dengan
menguatnya rupiah, harga pangan juga dapat lebih murah sehingga naiknya inflasi
karena harga bahan pangan naik dapat ditekan,” ujarnya. Ia menambahkan,
cadangan devisa yang kembali menguat dan mencatatkan total mencapai 104,3
miliar dollar AS menjadi salah satu pemicu rupiah menguat.
Sementara
itu, pengamat valas Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, dalam kajiannya
menambahkan, ada tambahan sekitar 1 miliar dollar AS dalam aset portofolio,
yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp 2,9 triliun dan Surat Utang
Negara (SUN) sebesar Rp 5,7 triliun.
”Posisi
asing pada SBI mencapai total Rp 74,5 triliun atau sekitar 32,4 persen dari
total outstanding SBI, sedangkan pada SUN mencapai total Rp 209,9 triliun atau
sekitar 31 persen dari total outstanding SUN,” katanya.
Analisis:
Dengan menguatnya
nilai tukar rupiah dalam kisaran angka Rp 8.700. ini memberikan trend positif
terhadap indonesia khususnya barang-barang impor menjadi lebih murah
dibanding sebelumnya, seperti
bahan-bahan pokok. sehingga indonesia
(masyarakat) bisa membeli produk-produk impor dengan harga yang lebih murah
dari biasanya. dan hal ini juga berimbas
pada inflasi yang turun. Menurunnya
angka inflasi berimbas pada tingkat bunga BI menjadi turun, turunnya tingkat
bunga BI harus diimbangi dengan suku bunga kredit yang turun pula seharusnyaa
agar bisa berimbas pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam artian para pengusaha dalam negeri bisa
mendapatkan tambhan modal dengan tingkat pengembalian yang sedikit berkurang
untuk digunakan dalam usahanya agar bisa bersaing dengan produk impor yang
murah ditengah kondisi rupiah menguat. Inflasi
salah satunya disebabkan oleh harga bahan pokok yang mengalami kenaikan. bila
harga bahan pokok mengalami penurunan maka inflasipun akan turun bila variabel
lain dianggap konstan seperti kondisi politik.
namun disisi lain saat rupiah menguak maka barang impor bebas masuk ke
indonesia, karena murah. akibatnya pemerintah
harus memperketat dalam hal peraturan kebijakan agar tidak semua barang impor
bebas masuk pasar indonesia, ini dilakukan agar tidak menggoyahan produsen
dalam negeri. disadari ataupun tidak
produk dalam negeri masih kurang bsa bersaing dengan produk dalam negeri
terutama dalam hal harga dan kualitas.
sehingga upaya pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas produk
dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk luar negeri yang bisa dilakukan
melalui pelatihan kepada para pengusaha dalam negeri.
Catatan:
Nilai
Tukar Rupiah Menguat---Angka Inflasi Turun---BI Rate Turun---Pertumbuhan
Ekonomi Meningkat (sector pasar modal n sector riil)---dengan catatan Suku
Bunga Kredit Turun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar